Sumber: IMDB |
The Raid: Redemption merupakan film yang bertemakan aksi dan thiller. Gareth Evans sebagai sutradara untuk film ini dan juga yang menangani sekuel The Raid 2: Berandal. Gareth Evans juga sebelumnya dikenal dalam serial The Apostle dan Gangs of London. film ini dibintangi oleh Iko Uwais (The Raid 2: Berandal, Mile 22) sebagai Rama, Joe Taslim (Star Trek Beyond, Fast and Furious 6) sebagai Jaka, Ray Sahetapy (May The Devil Take You, Santet) sebagai Tama, Yayan Ruhiyan (John Wick Chapter 3: Parabellum, The Raid 2: Berandal) sebagai Mad Dog, Pierre Gruno (Belok Kanan Barcelona, Hari ini Pasti Menang) sebagai Wahyu.
The Raid Rademption Bercerita tentang daerah kumuh Jakarta terdapat sebuah gedung apartemen telantar yang tak tertembus dan menjadi rumah aman bagi gangster, penjahat dan pembunuh yang paling berbahaya. Blok apartemen kumuh tersebut telah dianggap tak tersentuh oleh para rival gembong narkoba terkenal Tama Riyadi, bahkan apartemen tersebut sudah sempat digrebek tapi semuanya gagal. Suatu ketika sebuah tim polisi senjata dan taktik khusus berjumlah 20 orang ditugaskan untuk menyerbu bangunan tersebut dan mengakhiri teror Tama untuk selamanya. Rama, seorang calon ayah dan perwira polisi elit baru, dalam regu yang dipimpin oleh Sersan Jaka, tiba di blok apartemen Tama dengan petunjuk Letnan Wahyu.
Premis cerita yang simpel dan sederhana, bahkan banyak rumor yang mengatakan cerita film The Raid menginspirasi film Dredd karya Pete Travis yang rilis tahun 2012. dari situ muncul juga film John Wick karya Chad Stahelski yang punya premis cerita yang serupa. Tapi, terlepas dari itu masing-masing film memiliki gayanya sendiri dan hal yang wajar terjadi jika sebuah film terinspirasi dari film lainnya. The Raid dalam hal ini memang memiliki cerita yang simpel tapi solit, hanya dalam hal ini cerita bukan jadi kekuatan dari film. Kekuatan dari film ini ada pada aksinya, ya aksi yang ditampilkan bedasarkan arahan Gareth Evans berhasil membuat banyak orang terpukau. Bela diri silat yang ditampilkan memberi peluang baru terhadapa buadaya indonesia yang mungkin akan berkembang semakin jauh. Selain aksi saya turut memberi apresiasi kepada Ray Sahetapy yang mampu membawakan tokoh jahat dengan sangat baik.
Tidak ada film yang sempurna tentunya, terlebih lagi tentang The Raid. Dibalik aksi yang memukau dari arahan Gareth Evans dan pembawaan tokoh jahat yang sangat baik oleh Ray Sahetapy, ada beberapa hal yang menjadi memurangan pada film ini. Yak…. tidak lain dan tidak bukan adalah gaya shaking camera saat aksi dimulai. Film menggunakan shaking camera untuk pengambilan gambar aksi dan hal tersebut menurut yang saya alami membuat saya tidak nyaman menyaksikan film ini. Berbeda dari sekualnya The Raid 2: Berandal, pada sekuelnya shaking camera lebih sedikit dan tidak terlalu terasa sehingga saya lebih nyaman untuk menikmati aksi yang coba ditampilkan. Lain dengan film John Wick yang menggunakan gaya pengambilan gambar Wide sehingga seluruh aksinya terlihat bahkan kesalahan yang dilakukan sang aktor juga terlihat sangat jelas. Memang antara shaking camera dan wide masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya sendiri. Tapi jika shaking camera bisa dibuat seperti The Raid 2: Berandal saya akn lebih merasa nyaman menyaksikan film The raid: Redemption.
film ini memiliki diarahkan dengan cukup solid oleh sang sutradara Gareth Evans, tapi gaya pengambilan gambar shaking memang menurut saa agak kurang nyaman untuk dinikmati. Penilaian saya dari film ini adalah 7/10.
(Saya menyaksikan film ini melalui Platform Vidio)
Komentar
Posting Komentar