Langsung ke konten utama

Menjelajahi Nuansa Keheningan dalam The First Slam Dunk (Review)


The First Slam Dunk poster. Foto: Detik.com

The First Slam Dunk merupakan film yang diadaptasi dari manga berjudul sama. Film tersebut disutradarai oleh Takehiko Inoue yang juga mangaka dari cerita orisinalnya. The First Slam Dunk telah rilis di Indonesia pada 22 Februari 2023.

Filmnya menceritakan pentadingan antara Sannoh yang merupakan tim basket SMA paling tangguh dan pemegang gelar juara bertahan melawan Shohoku. Shohoku merupakan tim basket SMA yang belum pernah menjuarai pertandingan. Pertandingan keduanya merupakan perebutan untuk memenangkan kejuaraan nasional Jepang.

The First Slam Dunk disuarai oleh beberapa artis terkenal seperti Shugo Nakamura (Demon Slayer, Strike Blood) sebagai Ryota Miyagi, Jun Kasama (Isekai Quartet, Buruto: Naruto Next Generations) sebagai Hisashi Mitsui.

Kemudian Shinichiro Kamio (The Promised Neverland, Hypnosis Mic: Division Rap Battle) Kaede Rukawa, Maaya Sakamoto (Oyukiumi no Kaina, Osama Ranking) sebagai Haruko Akagi, Kenta Miyake (My Hero Academia, Sentouin, Hakenshimasu!) sebagai Takenori Akagi dan Subaru Kimura (Jujutsu Kaisen 0: The Movie, Doraemon) sebagai Hanamichi Sakuragi.

Cover Comic of The First Slam Dunk . Foto: onessports.gg
Cover Comic of The First Slam Dunk . Foto: onessports.gg

Review

Kebanyakan film adaptasi manga membuat gaya penceritaan dengan banyak dialog dimana karakter sering menjelaskan situasi yang terjadi. Tapi, hal tersebut tidak terjadi pada The First Slam Dunk karya Takehiko Inoue.

Takehiko Inoue mengarahkan ceritanya dengan alur yang berbeda dari film adaptasi manga lainnya. The First Slam Dunk menampilkan gaya penceritaan yang tidak terlalu terpaku dengan dialog. Hal tersebut serupa dengan film Dunkrik karya Christopher Nolan.

Dunkirk adalah film yang diproduksi pada tahun 2017. Bercerita tentang evakuasi yang dilakukan oleh tentara Inggris dari pantai Dunkirk selama Perang Dunia II.

Film The First Slam Dunk dan Dunkirk merupakan dua film yang sangat berbeda namun memiliki persamaan dalam penggunaan elemen sinematografi untuk menghasilkan efek emosional yang kuat. Keduanya menggunakan musik dan suara untuk menimbulkan perasaan yang kuat pada penonton.

Dalam The First Slam Dunk, penggunaan musik yang minim dan suara lingkungan yang menonjol memperkuat efek ketenangan dan kesendirian karakter. Di sisi lain, Dunkirk menggunakan musik yang dramatis dan suara yang keras untuk menimbulkan ketegangan dan ketakutan.

The First Slam Dunk memanfaatkan adegan yang sunyi dan minim dialog untuk menunjukkan kekuatan emosional karakter tanpa harus bergantung pada dialog. Dunkirk, di sisi lain, memperlihatkan perang secara visual, tanpa banyak dialog. Dengan demikian, gambar menjadi elemen utama dalam mengekspresikan cerita.

The First Slam Dunk Anime. Foto: onessports.gg
The First Slam Dunk Anime. Foto: onessports.gg

Conclusion

Kedua film ini menampilkan emosi dan ketegangan dengan hanya memberikan dialog yang secukupnya. Tapi, hal tersebut terasa lebih efektif untuk menggambarkan situasi yang sedang dialami oleh karakter.

Keputusan Takehiko Inoue untuk keluar dari gaya penceritaan tradisional ala film adaptasi manga mampu membuat emosi yang tercipta bisa dirasakan oleh penonton. Tapi, karena film tersebut dibuat cukup hening, maka suara dari penonton akan menjadi faktor yang bisa merusak suasana.

Sedikit saja sura dibuat oleh penonton maka emosi di dalam film akan terganggung. Kasus itu juga terjadi pada saat penayangan film Dunkrik. Sehingga penting untuk ruang teater dalam kondisi tidak bising. Berikut pendapat menurut penulis, bagaimana dengan pendapat dari kalian?



Komentar

Postingan populer dari blog ini

EVERYTHING EVERYWHERE ALL AT ONCE (REVIEW)

  Sumber:kompasiana.com Everything Everywhere All at Once merupakan film yang bertemakan drama fantasy. Film ini disutradarai oleh Dan Kwan dan Daniel Scheinert, keduanya cukup dikenal pada film sebelumna sebagai sutradara yaitu film Swiss Army Man. Film ini dibintangi oleh Michelle Yeoh (Crazy Rich Asians, Shang-chi and The Legend of Ten Rings) Sebagai Evelyn wang , Stephanie Hsu (The Marvelous Mrs. Meisel 2019-2022, The Path 2016-2018) sebagai Joy Wang, Ke Huy Quan (The Goonies, Indiana Jones and The Temple of Doom) sebagai Waymond Wang,   James Hong (Blade Runner, Kungfu Panda, Turning Red) sebagai Gong Gong. *Spoiler Alert: Artikel ini mungkin akan mengandung bocoran film dan bisa mengganggung pembaca yang belum menonton… Sumber: kincir.com Sinopsis… Everything Everywhere All at Once bercerita tentang Evelyn Wang (Michelle Yeoh), pemilik binatu yang audit pajak bisnisnya mengalami kesalahan, ketika dia hendak menyelesaikan masalah tersebut di kantor pajak, tanpa ia s...

Menyelami Gaya Penceritaan Hayao Miyazaki dalam Film Suzume no Tojimari (Review)

Suzume no Tojimari (Suzume) merupakan karya dari sutradara film jepang terkenal Makoto Shinkai. Dua karya film Makoto Shinkai sebelumnya Kimi no na wa (Your Name) dan Tenki no Ko (Weathering With You) meraih kesuksesan dan membuat namanya semakin dikenal. Wajar jika penggemar film dan anime antusias dengan karya berikutnya. Selain disutradari oleh Makoto Shinkai, film itu diisi oleh beberapa artis terkenal, yaitu Nanoka Hara (Why Don’t You Play in Hell, Samurai Sentai Shinkenger) sabagai Suzume Iwato.  Kemudian, Hokuto Matsumura (Kinou Nani Tabeta, Sharks) sebagai Sota Munakata.  Eri Fukatsu (Parasyte Part I, Bayside Shakedown) sebagai Tamaki Iwato. Ann Yamane sebagai Daijin. Film itu bercerita tentang Suzume yang merupakan siswi beusia 17 tahun, suatu hari bertemu dengan laki-laki misterius yang mencari pintu di Gedung terbengkalai. Karena penasaran, Suzume kemudian mencari dan menemukan pintu tersebut. ia mempelajar...