Langsung ke konten utama

REVIEW FILM THE INVISIBLE MAN

Sumber: IMDB

The Invisible Man merupakan film yang bertemakan horror mystery. Leigh Whannell sebagai sutradara, penulis, dan screenplay untuk film ini. Leigh Whannell sebelumnya juga dikenal sebagai sutradara dalam film Upgrade (2018), dan Insidious: Chapter 3 (2015). Film ini dibintangi oleh Elisabeth Moss (Us, The Handmaid's Tale) sebagai Cecilia Kass, Oliver Jackson (Faster, The Haunting of Hill House) sebagai Adrian, Harriet Dyer (No Activity, Love Child) sebagai Emily Kass, Aldis Hodge (Hidden Figures, Straight Outta Compton) sebagai James Lanier, Storm Reid (A Wrinkle in Time) sebagai Sydney, Michael Dorman (Patriot, Daybreakers) sebagai Tom Griffin.

The Invisible Man bercerita tentang Cecilia Kass yang memiliki hubungan pernikahan tak sehat dengan Adrian yang merupakan seorang ilmuwan. Cecilia selama ini selalu kekerasan rumah tangga dan kehidupannya yang selalu dikedalikan oleh sang suami. Suatu malam, Cecilia kabur dan bersembunyi di kediaman adiknya, Emily Kass, dan teman masa kecil James Lanier dengan putrinya Sydney. Suatu hari, suami Cecilia dilaporkan meninggal dunia karena bunuh diri. Adrian melalui adiknya yang merupakan pengacara Tom Griffin memberikan warisan dalam jumlah luar biasa, US$5 juta atau setara dengan Rp69,9 miliar dengan syarat istrinya harus sehat secara mental. Tak lama setelah itu, Cecilia mulai merasakan keanehan. Cecilia merasa bahwa Adrian tak mungkin melakukan bunuh diri. Selain itu, ia juga merasakan suaminya masih hidup dan mengikutinya. Namun, orang-orang di sekeliling berusaha menegaskan bahwa Adrian telah meninggal. Merasa benar, Cecilia akhirnya berusaha sendiri membuktikan bahwa Adrian sebenarnya masih hidup dan berkeliaran di dekatnya.


Sumber:IMDB

Kekuatan dari film ini ada pada nuansa ketakutan atau paranoia yang berhasil dibangun oleh sang sutradar. Ketakuan disini bukan pada objek menyeramkan atau seperti film The Conjuring karya James Wan, tapi lebih kepada ketakutan akan selalu diikuti, dimata-matai, istilah kerennya di-stalking. Ketakutan yang muncul diikuti seseorang tersebut mampu membuat penonton merasakan hal yang sama, terlebih lagi jika kita diikuti oleh sesuatu yang tidak terlihat. Film ini memiliki nuansa yang juga pernah dibuat pada film dulu, buat sebagian pembaca mungkin tau tentang filmnya atau pernah menontonnya karena menjadi film ini yang cukup laris dan banyak disukai karena nuansa yang sama yaitu film Paranormal Activity yang paling pertama dan sangat populer pada masanya yang merupakan karya sutradara Oren Peli. Paranormal Activity yang pertama ini bukan yang sequel ataupun prequel atau yang lainnya, berhasil membangun ketakutan kepada penonton melalui kejadian-kejadian aneh akan hal-hal yang tidak terlihat tapi terjadi dan memberi kita sebagai penonton nuansa ketakutan tersebut. Film The Invisible Man mungkin punya bentuk yang berbeda tapi keduanya memberi penonton nuansa yang serupa. Film ini juga menjadi semakin bagus dengan performa hebat dari Elisabeth Moss yang menjadi tokoh utama. Elisabeth Moss mampu berakting selayaknya seseorang yang benar-benar depresi dan paranoid.


Sumber:IMDB

Tidak ada sesuatu yang sempurna tentunya, terlebih lagi tentang film The Invisible Man. Dibalik keberhasilan sang sutradara Leigh Whannell dalam membangun nuansa ketakutan terbeut dengan aktris Elisabeth Moss yang mampu membawakan film ini dengan sangat bagus, ada beberapa hal yang saya rasa kurang logis. seperti pada adegan di retoran atau rumah makan dimana sang tokoh utama Cecilia Kass dibuat seakan-akan membunuh saudaranya dan beberapa hal lainnya.

Film yang dibalut yang dibalut oleh nuansa ketakutan atau paranoia yang berhasil olah oleh sang sutradara Leigh Whannell dengan nilai tambah dari aktris yang mampu membawakan performa luar biasa dari Elisabeth Moss. Penilaian saya dari film ini adalah 7/10.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjelajahi Nuansa Keheningan dalam The First Slam Dunk (Review)

The First Slam Dunk merupakan film yang diadaptasi dari manga berjudul sama. Film tersebut disutradarai oleh Takehiko Inoue yang juga mangaka dari cerita orisinalnya. The First Slam Dunk telah rilis di Indonesia pada 22 Februari 2023. Filmnya menceritakan pentadingan antara Sannoh yang merupakan tim basket SMA paling tangguh dan pemegang gelar juara bertahan melawan Shohoku. Shohoku merupakan tim basket SMA yang belum pernah menjuarai pertandingan. Pertandingan keduanya merupakan perebutan untuk memenangkan kejuaraan nasional Jepang. The First Slam Dunk disuarai oleh beberapa artis terkenal seperti Shugo Nakamura (Demon Slayer, Strike Blood) sebagai Ryota Miyagi, Jun Kasama (Isekai Quartet, Buruto: Naruto Next Generations) sebagai Hisashi Mitsui. Kemudian Shinichiro Kamio (The Promised Neverland, Hypnosis Mic: Division Rap Battle) Kaede Rukawa, Maaya Sakamoto (Oyukiumi no Kaina, Osama Ranking) sebagai Haruko Akagi, Kenta Miyake (My Hero Academia, Sentouin, Hakenshimasu!) sebagai ...

EVERYTHING EVERYWHERE ALL AT ONCE (REVIEW)

  Sumber:kompasiana.com Everything Everywhere All at Once merupakan film yang bertemakan drama fantasy. Film ini disutradarai oleh Dan Kwan dan Daniel Scheinert, keduanya cukup dikenal pada film sebelumna sebagai sutradara yaitu film Swiss Army Man. Film ini dibintangi oleh Michelle Yeoh (Crazy Rich Asians, Shang-chi and The Legend of Ten Rings) Sebagai Evelyn wang , Stephanie Hsu (The Marvelous Mrs. Meisel 2019-2022, The Path 2016-2018) sebagai Joy Wang, Ke Huy Quan (The Goonies, Indiana Jones and The Temple of Doom) sebagai Waymond Wang,   James Hong (Blade Runner, Kungfu Panda, Turning Red) sebagai Gong Gong. *Spoiler Alert: Artikel ini mungkin akan mengandung bocoran film dan bisa mengganggung pembaca yang belum menonton… Sumber: kincir.com Sinopsis… Everything Everywhere All at Once bercerita tentang Evelyn Wang (Michelle Yeoh), pemilik binatu yang audit pajak bisnisnya mengalami kesalahan, ketika dia hendak menyelesaikan masalah tersebut di kantor pajak, tanpa ia s...

Menyelami Gaya Penceritaan Hayao Miyazaki dalam Film Suzume no Tojimari (Review)

Suzume no Tojimari (Suzume) merupakan karya dari sutradara film jepang terkenal Makoto Shinkai. Dua karya film Makoto Shinkai sebelumnya Kimi no na wa (Your Name) dan Tenki no Ko (Weathering With You) meraih kesuksesan dan membuat namanya semakin dikenal. Wajar jika penggemar film dan anime antusias dengan karya berikutnya. Selain disutradari oleh Makoto Shinkai, film itu diisi oleh beberapa artis terkenal, yaitu Nanoka Hara (Why Don’t You Play in Hell, Samurai Sentai Shinkenger) sabagai Suzume Iwato.  Kemudian, Hokuto Matsumura (Kinou Nani Tabeta, Sharks) sebagai Sota Munakata.  Eri Fukatsu (Parasyte Part I, Bayside Shakedown) sebagai Tamaki Iwato. Ann Yamane sebagai Daijin. Film itu bercerita tentang Suzume yang merupakan siswi beusia 17 tahun, suatu hari bertemu dengan laki-laki misterius yang mencari pintu di Gedung terbengkalai. Karena penasaran, Suzume kemudian mencari dan menemukan pintu tersebut. ia mempelajar...